Rabu, 30 September 2015

TIWUL

                 TIWUL GUNUNGKIDUL 

           Pernah denger yang tiwul kan? Itu lho, makanan yang terbuat dari singkong yang bentuknya kayak nasi. Tiwul memang dari jaman dulu udah dikonsumsi sama masyarakat di daerah, terutama penghasil singkong. Kemudian semua berubah ketika negara nasi menyerang. Makanan yang awalnya tiwul, berubah jadi nasi. Disamping rasanya lebih enak, nasi juga praktis, masaknya nggak ribet kayak bikin tiwul.
Tiwul
  Sedikit cerita dulu ya, di jaman penjajahan dulu, nasi itu termasuk makanan yang mewah. Rakyat kecil cuma bisa menikmati makanan dengan bahan dasar singkong, salah satunya adalah tiwul. Nah, itu dia ceritanya, jaman dulu emang makanan pokok itu bukan nasi. Kayaknya dulu ada program pemerintah yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok ya?
Di beberapa daerah masih ada juga kok yang makanannya tiwul, contohnya di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Tapi nggak semuanya juga mengonsumsi tiwul, hanya beberapa aja yang masih makan makanan berbahan dasar singkong ini.
Kalau kamu pengen nyobain rasanya tiwul, bisa coba cari di pasar-pasar tradisional. Kalau di jogja sih masih lumayan gampang nyarinya. Tapi, dari pada penasaran tapi nggak dapet, mending coba bikin sendiri aja. Saya kasih bocorannya nih, semoga bisa membantu, syukur-syukur kalau malah di-share ke yang lainnya. 

  Bahan-bahan
  • 350 gram singkong yang sudah dikeringkan
  • 150 gram Gula merah
  • 200 gram kelapa parut
  • 2 lembar daun pandan yang panjangnya sekitar 20 cm, diikat simpul
  • 1 Lembar daun pisang
  • 350 ml gelas air
  • Garam secukupnya

Cara Memasak

  1. Singkong yang sudah dikeringkan (gaplek) ditumbuk sampai jadi seperti tepung, kemudian percikkan sedikit air, lalu tumbuk lagi sampai didapatkan butiran kecil-kecil. Sisihkan dahulu, karena ini merupakan bahan utamanya.
  2. Panaskan dandang atau kukusan, jangan lupa alasi dengan menggunakan daun pisang.
  3. Masukkan butiran kecil singkong tadi ke dalam dandang.
  4. Tambah gula merah yang sudah diserut di atas gaplek, harus rata ya, tapi nggak semua kena gula merahnya juga nggak apa-apa, lalu kukus selama kurang lebih 1 jam, kemudian angkat.
  5. Setelah itu kukus kelapa parut bersama dengan daun pandan dan tambakan garam secukupnya, selama kurang lebih 15 menit, kemudian angkat angkat.
  6. Nasi tiwul siap disajikan bersama dengan kelapa parut.
Nah, itu tadi cara membuat nasi tiwul yang manis. Walaupun agak rumit dari pada menanak nasi biasa, tapi kamu perlu cobain deh. Kalau mau yang nggak manis tinggal hilangin aja tuh gula merahnya. Nasi tiwul yang nggak manis, alias rasanya plain kandungan kalorinya lebih rendah daripada nasi putih biasa lho. Ada beberapa tips buat kamu yang mau coba bikin nasi tiwul nih.

Tips & Trik

  1. Resep yang ada diatas adalah resep tiwul yang rasanya manis. Kalau kamu mau bikin tiwul yang nggak manis, jangan tambahkan gula kedalam kukuksan gapleknya. Tiwul yang manis itu biasa dijadikan jajanan, bukan sebagai makanan pokok.
  2. Kalau kamu belum tau cara bikin gaplek, saya kasih ta nih. Pertama kupas singkong kemudian cuci sampai bersih  lalu potong yang ukurannya terlalu besar. Setelah itu jemur di bawah sinar matahari sampai kering, ingat ya harus benar-benar kering. Untuk mempercepat proses pengeringan kamu bisa memotong singkongnya menjadi lebih tipis.
  3. Saat kau mengukus gaplek, pastikan kalau itu benar-benar sudah matang. Jangan sampai kamu hidangkan makanan yang masih belum atau kurang matang.
Semoga bermanffat, dan jangan lupa untuk dipraktekkan ya. Nggak sulit kok bikinnya, kalau kesulitan bisa tanya teman atau mungkin tetangga, selamat mencoba.

Rabu, 16 September 2015

  Gunungkidul,sejarah,asal usul,dan yang berhubungan

   Wilayah Gunung Kidul Jogja ini banyak menyimpan sejarah dan misteri terpendam, Untuk informasi tentang Gunung Kidul penting lainnya baca disini :id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gunungkidul



    Adanya sebagian pelarian dari Majapahit yang kemudian menetap di Gunungkidul, diawali dari Pongangan Nglipar dan Karangmojo, maka perkembangan penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada waktu itu cepat di dengar oleh Raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Pada saat itu Sang Raja langsung mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut.
   Setelah datang ke Gunungkidul, ternyata benar bahwa di Gunungkidul telah banyak dihuni orang-orang pelarian dari Majapahit, antara lain Ki Suromejo.



   Tumenggung Prawiropekso kemudian menasehati pada Ki Suromejo untuk meminta ijin dulu dengan Raja Mataram di Kartosura,karena daerah ini termasuk wilayah kekuasaan Raja Mataram. Namun tidak digubris, sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu menyebabkan Ki Suromejo dan keluarganya,yaitu Ki Mintowijoyo,Ki Poncobenawi,Ki Poncosedewa (anak menantu) terbunuh, dan Ki Poncodirjo akhirnya menyerahkan diri. Oleh Pangeran Sambernyowo.



   Ki Poncodirjo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I, namun tidak lama menjabat. Dikarenakan adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831,maka Gunungkidul yang dikurangi Ngawen sebagai enclave Mangkunegaran telah menjadi daerah kabupaten.



  Menurut buku “PEPRENTAHAN PROJO KEJAWEN” karangan Mr.Raden Mas Suryadiningrat,berdirinya Kabupaten Gunungkidul yang telah memiliki sistem pemerintahan itu, ternyata bersamaan dengan tahun berdirinya daerah-daerah lain di wilayah Yogyakarta, yaitu setahun setelah selesainya perang Diponegoro. Perbedaan yang ada hanyalah untuk pemberian sebutan kepada para pengageng atau penguasa, seperti untuk daerah Denggung yang sekarang Sleman, kemudian daerah Kalasan serta daerah Bantul dengan sebutan Wedono Distrik,sedang untuk wilayah Sentolo dan Gunungkidul dengan sebutan Riyo.



  Untuk Kabupaten Gunungkidul,setelah melalui berbagai upaya yang dilakukan oelh panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang dibentuk pada tahun 1984,baik yang terungkap melalui fakta sejarah,penelitian dan pengumpulan data dari tokoh masyarakat berhasil menyimpulkan bahwa hari lahir Kabupaten Gunungkidul adalah Hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau Tahun Jawa 15 Besar Tahun Je 1758. BUPATI YANG PERNAH MEMIMPIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

1. Mas Tumenggung Pontjodirjo

2. Raden Tumenggung Prawirosetiko

3. Raden Tumenggung Suryokusumo

4. Raden Tumenggung Tjokrokusumo

5. Raden Tumenggung Padmonegoro

6. Raden Tumenggung Danuhadiningrat

7. Raden Tumenggung Mertodiningrat

8. KRT.Yudodiningrat

9. KRT.Pringgodiningrat

10.KRT.Djojodiningrat

11.KRT.Mertodiningrat

12.KRT.Dirjodiningrat

13.KRT.Tirtodiningrat

14.KRT.Suryaningrat

15.KRT.Labaningrat

16.KRT.Brataningrat

17.KRT.Wiraningrat

18.Prawirosuwignyo

19.KRT.Djojodiningrat,BA

20.Ir.Raden Darmakun Darmokusumo

21.Drs.KRT.Sosrodiningrat

22.Ir.Soebekti Soenarto

23.KRT.Harsodingrat,BA

24.Drs.KRT.Hardjohadinegoro (Drs.Yoetikno)

25.Suharto,SH
26. Prof. sumpeno
27. hjh. badingah.Sos.

Situs Sejarah:

   Pertapan Kembang Lampir (tempat turunnya wahyu kerajaan Mataram Islam)

Pesarehan Ki Ageng Giring IV

Pesarehan R. Bondan Kejawan

Prasasti Ngobaran

dll



   Untuk nama Wonosari telah banyak naskah yang menulis "Babat Alas Nangka Dhoyong" yang mampu menjelaskan asal-usul nama "Wana Asri", kemudian menjadi "Wanasari" atau sekarang umumnya telanjur disebut dengan "Wonosari".